Menu

Dark Mode
Tim Abdimas Universitas Gunadarma – INBS Berikan Pelatihan Pengolahan Nilai Dan Pembuatan Rapor Santri Dengan Google Sheet “IBU BIJAK” Pemasaran Sosial Safety Riding oleh Mahasiswa S2 Kesos UI di Cimanggis SIBERC STEI SEBI, LAZNAS IZI, dan Inisiatif Wakaf Gelar Islamic Philanthropy Outlook 2025 Tingkatkan Kualitas KIM, Diskominfo Depok Gelar Sosialisasi Literasi Digital Hj. Iin Nur Fatinah Gelar Sosialisasi Perda Penyelangaraan Pesantren di Kecamatan Cipayung Buka Musda MUI Depok, Wali Kota Sampaikan Pesan Ini

Opini

Gerakan Transmigrasi_ UPAYA MENJAGA NEGARA KEPULAUAN

badge-check


					Gerakan Transmigrasi_ UPAYA MENJAGA NEGARA KEPULAUAN Perbesar

DepokNews–Jika kita melihat peta dunia, tanpak jelas. Indonesia adalah suatu Negara Kepulauan (archipelago, Nusantara). Sebagai negara Kepulauan, selain karunia keragaman, juga rawan perpecahan.

Terbukti. Belanda berhasil menjajah ratusan tahun dengan mengandalkan politik adu domba (devide et impera). Bahkan walau Indonesia sudah Merdeka (1945), Belanda enggan meninggalkan Indonesia. Berbagi teror dilakukan. Termasuk membentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS, 27 Desember 1949.

Saat itu ada Negara Indonesia Timur (NIT), Negara Pasundan, Negara Sumatera Timur, Negara Madura, Negara Jawa Timur, dan lainnya.

Alhamdulillah, RIS hanya bertahan 9 (sembilan) bulan. Karena para pemimpin mulai sadar, bahwa RIS hanya siasat licik memecah belah.

Kita patut bersyukur. Indonesia adalah Negara Kepulauan besar. Ada lebih 17.000 pulau, 1.300 suku dan 700 bahasa. Terbentang dari Sabang sampai Merauke. Kompleks. Bagaimana dulu para Bapak Bangsa bisa mempersatukan. Wajib disyukuri. Alhamdulillah.

Sebenarnya bukan hanya Indonesia. Ada juga negara kepulauan. Seperti: Jepang (6.800 pulau), Filipina (7.641 pulau), Maladewa (1.200 pulau), dan Fiji (330 pulau).

Sebagai negara berdaulat, Negara dan warga Bangsa wajib mempertahankannya. Persoalan besar adalah, bagaimana menjaga perbatasan antar negara. Bukan saja yang di darat, tetapi wilayah maritim. Perlu pasukan yang kuat dan cukup besar. Kata Publius Flavius Vegetius Renatus (abad 4-5 M): “Si vis pacem, para bellum.” Artinya :”Jika ingin damai, bersiaplah untuk perang.” (dalam karyanya, “Epitoma Rei Militaris”).

Perang, selain butuh alutsista, perlu dukungan logistik. Khususnya pangan. Maka harus ada sinergi dan pembagian peran. Tentara sebagai kekuatan tempur utama. Rakyat, sebagai kekuatan pendukung. Di wilayah perbatasan, perlu ada perkampungan terlatih. Diantaranya dengan menempatkan Transmigran. Itulah sebabnya, mengapa Bung Karno (28/12/1964) menyatakan. Transmigrasi adalah Mati -Hidup Bangsa Indonesia.

Untuk mewujudkan gagasan besar itu, selama Orde Baru (1967-1998), Gerakan Nasional Transmigrasi dilaksanakan Pak Harto secara massif. Sekarang terasa. Dengan adanya Transmigrasi stabilitas keamanan lebih terjaga. Sparatisme dapat dikendalikan. Sebaliknya, ketika Transmigrasi mereda di masa Reformasi, benih sparatisme bangkit kembali.

Kini saatnya kita kembali mempelajari sejarah kita. Walau kita tidak hidup dimasa awal kemerdekaan, tetapi hendaknya bisa merasakan. Betapa beratnya mempersatukan negara kepulauan besar ini. Mari kita dukung Gerakan Nasional Transmigrasi. Transmigrasi yang menyejahterakan seluruh anak Bangsa. Karena hakikatnya Transmigrasi bukan milik suku, agama, atau pulau tertentu saja.

KoDe, 06 November 2024

Hasprabu

Facebook Comments Box

Read More

HARAPAN PEMILIH MUDA UNTUK KEPEMIMPINAN KOTA DEPOK YANG BERKELANJUTAN ; ANALISIS ATAS PILWAKO KOTA DEPOK 2024

21 October 2024 - 20:18 WIB

Hukum Membeli Barang Secara Kredit dalam Perspektif Syariah

3 July 2024 - 15:04 WIB

Sosok Pemimpin Harapan Rakyat dan Pembawa Perubahan

2 December 2023 - 06:56 WIB

Jangan Lagi Ada Kematian Demi Konten

6 August 2023 - 05:57 WIB

Hari Anak Nasional: Menerangi Dunia dengan Antusias, Semangat, dan Bahagia

27 July 2023 - 11:09 WIB

Trending on Opini