Pra Munas Ke-III, Ikatan Alumni Fasilkom UI Gelar Webinar Dengan Topik Blockchain Untuk Program Vaksinasi Covid-19

DepokNews–Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer (Iluni Fasilkom) Universitas Indonesia menyelenggarakan Webinar Series dengan topik “Blockchain untuk Program Vaksinasi Covid-19”.

Webinar yang diadakan pada Sabtu (16/1/2021) dihadiri oleh Oscar Primadi selaku Sekjen Kementrian Kesehatan (Kemenkes), sekaligus sebagai keynote speaker. Selain itu, sebagai nara sumber adalah Bambang Wispriyono (Dosen FKM UI), Andre Rahardian (Kordinator Relawan Gugus Tugas Covid-19, sekaligus Ketua Umum ILUNI UI), dan Pandu Sastro Wardoyo serta Gilang Bhagaskara dari Asosiasi Blockchain Indonesia.

Ketua Iluni Fasilkom UI Prihandoko mengatakan kegiatan webinar ini merupakan salah satu kegiatan menjelang acara Munas ke-III Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia sekaligus merespon kebijakan-kebijakan yang sedang berjalan dan menjadi topik hangat saat ini.

“Selain sebagai kegiatan pra munas kegiatan ini untuk merespon isu terkini. Kita akan mengambil dari perspektif IT apa yang bisa diberikan oleh alumni dalam memberikan solusi yang efektif menyelesaikan masalah yang dihadapi bangsa kita,” ujar Prihandoko.

Prihandoko yang saat ini juga sebagai Dosen Universitas Gundarma mengungkapkan bahwa kegiatan ini dihadiri oleh alumni serta peserta lainnya dari berbagai daerah yang ada di Indonesia.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI Oscar Primadi, sebagai keynote speaker pada acara tersebut mengatakan, saat ini pihaknya tengah melaksanakan vaksinasi awal terhadap tenaga kesehatan dan hal ini menjadi sesuatu yang sangat penting. Sebab Indonesia melaporkan kasus pertamanya pada tanggal 2 Maret 2019 dan kasus konfirmasi positif dalam dua minggu terakhir semakin meningkat.

“Bahkan dalam beberapa hari terakhir kasus positif lebih dari 11 ribu perhari. Jadi itu lah kenapa vaksin ini sangat penting,”ujarnya.

Dikatakan Oscar, untuk menanggulangi pandemi covid -19, beberapa upaya telah dilakukan oleh Pemerintah dari membentuk satuan tugas dalam percepatan pengangan Covid- 19, menerapkan sistem pembatasan sosial berskala besar, meningkatkan pelacakan kontak dan juga menambah jumlah spesimen yang diperiksa.

“Saat ini kami melakukan program vaksinasi, dan vaksinasi ini adalah upaya meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Sehingga apabila suatu saat nanti terinfeksi oleh penyakit tersebut tentunya tidak akan akan timbul sakit atau hanya mengalami sakit ringan,” katanya.

Lanjutnya, saat ini juga pihaknya telah menyiapkan sistem informasi yaitu sistem informasi satu data yang terintegrasi dan digunakan untuk proses persiapan pelaksanaan vaksinasi, proses pelaporan, monitoring, evaluasi dalam proses penyelenggaraan program vaksinasi.

“ Dapat dibayangkan kalau tanpa teknologi, saya rasa ini akan susah kita tracking atau betul-betul mendapatkan suatu keputusan yang memadai,” jelasnya..

Secara detail terkait proses vaksin covid-19 dijelasakan nara sumber webinar, Dosen UI yang juga seorang Apoteker, Bambang Wispriyono.

Ia menjelaskan, proses vaksinasi yang sudah dilaksankan hari ini memiliki standar peraturan sendiri mulai dari pembuatan obat atau vaksin sampai kepada izin edar.

“Banyak hal yang kita bisa pantau seperti proses pengembangan dalam industri atau diproduksi, proses distribusi yang saat ini sedang berjalan sampai tahapan dikonsumsi atau dirasakan oleh konsumen,” ujarnya

Menurutnya setiap tahap pembuatan vaksin atau obat ada hal-hal yang membatasi atau memagarinya sampai sebuah produk baru bisa dijamin keamanannya.

“Dalam penelitian obat sebelum mendapatkan izin produksi banyak tahap yang harus dilakukan. Begitupun dalam proses uji klinis sebelum dikatakan aman. Itu tidak bisa dilakukan pada manusia harus dilakukan pada hewan setelah semuanya berjalan aman baru dilakukan simulasi sampai tahap 4,”ujarnya.

Selain itu setelah vaksinasi seharusnya ada yang namanya proses menjaga keamanan dari proses dan tahapan. Hal itu untuk menjaga keamanan bahan obat atau vaksin yang telah diberikan kepada manusia dengan jumlah sampel atau responden yang tidak terlalu banyak.

“ Nah setelah itu baru dikembangkan dengan jumlah yang lebih banyak satu juta atau tiga juta kemudian baru keluar izin produksinya,” ujarnya.

Selanjutnya Bambang juga meminta masyarakat untuk tidak perlu khawatir jika bahan baku vaksin semuanya dari importir atau bahan dari negara lain. Sebab kata dia jauh sebelum pandemic berlangsung bahan baku obat di dalam negeripun sebagian diimport dari luar negeri.

“ Jadi masyarakat tidak perlu khawatir terkait bahan import karena semuanya punya mekanisme dan tahapan,” katanya.

Bambang juga mengungkapkan bahan proses vaksinasi bukan sebuah solusi tunggal untuk menanggulangi pandemic Covid-19. Sebab saat ini para ahlipun sudah mulai banyak melakukan berbagai penelitian dan pengembangan obat dan antivirus.

“Jadi vaksin itu juga bagian dari obat-obat ya cuma vaksin adalah suatu produk biologi organisme yang sudah dilemahkan. Kepada orang yang sehat ya supaya terbangun antibodinya. Dan tentunya bukan satu-satunya solusi untuk memecahkan masalah” pungkasnya.