Pedagang Kelontong di Depok Menjerit, Ungkap Kekhawatiran Dampak Boikot Produk Terkait Israe

Sekda Kota Depok, Supian Suri (tengah) saat Rakor di Kantor UPTD PPA Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan Cipayung, Rabu (08/11/23). (Foto : Diskominfo Depok)

DepokNews- Adanya ajakan dari pihak-pihak tertentu untuk memboikot produk-produk yang dianggap mendukung Israel membuat resah masyarakat pedagang kelontong di wilayah Depok, Jawa Barat. Masyarakat ini mengandalkan hasil dari dagangan kelontong mereka yang menjual berbagai macam makanan dan minuman, termasuk air minum kemasan. Mereka khawatir bahwa tindakan memboikot produk Israel dapat menjadi bola liar yang justru akan menimbulkan fitnah, membuat usaha para pedagang bangkrut, yang akhirnya tak dapat mencukupi kebutuhan keluarga mereka, termasuk biaya pendidikan anak-anak.

Para pedagang ini menjual produk-produk yang diproduksi di dalam negeri, bukan barang impor dari Israel. Salah satu pedagang kelontong, Maman Ismail mengatakan bahwa usaha grosirnya telah dirintis dengan susah payah selama dua tahun, dan ini merupakan sumber penghasilan untuk membantu keluarganya di kampung, termasuk adik-adiknya yang masih sekolah. Ucok menyatakan kekhawatiran bahwa jika masyarakat memboikot produk-produk seperti air galon Aqua yang dia jual, dia tidak akan dapat lagi mengirim uang ke keluarganya di kampung.
“Kalau diboikot semua, siapa yang mau beli dagangan kita. Kan ini kita juga ambil dari agen, bayar juga. Nggak ada perputaran kalau begini,” keluh Maman.

Sutarmi, pedagang kelontong lainnya di Depok, juga merasa resah dan tidak setuju dengan ajakan boikot terhadap produk-produk yang tidak ada hubungannya dengan Israel. Ia menegaskan bahwa semua produk yang dijualnya dibuat di Indonesia oleh karyawan Indonesia, dan usaha ini merupakan peninggalan suaminya yang digunakan untuk menghidupi keluarga. Parmin, pedagang kelontong lainnya, juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap penurunan penghasilan akibat boikot produk-produk negara lain yang tidak ada kaitannya dengan Israel.

Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, menjelaskan bahwa aksi boikot produk-produk tersebut hanya akan merugikan ekonomi Indonesia dan membuat banyak tenaga kerja menganggur. Heri menekankan bahwa ada cara lain untuk menyuarakan protes terhadap tindakan kekerasan Israel terhadap warga Palestina, seperti dengan menyerukan agar Israel segera menghentikan tindakan militernya di Palestina. Menurut Heri, sebagian besar produk yang mungkin menjadi sasaran boikot sebenarnya sudah mengandalkan bahan baku lokal, dan aksi boikot hanya akan merugikan masyarakat Indonesia sendiri.